Sunday, September 22, 2013

Bismillah aku berjilbab :)

Kau tahu betapa buruknya akhlakku dulu. Dulu ku biarkan aurat ini terlihat oleh siapapun. Celana jeans, kaos berlengan sesiku itulah kostumku sehari-hari. Bercampur baur dengan laki-laki pun ku anggap hal yang wajar, kenapa harus menjauh? Toh kita tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Memangnya tak bolehkah jika aku ingin berbicara dengan teman yang laki-laki? Memangnya tak boleh aku bertanya tentang pelajaran sekolah pada si laki-laki yang pandai itu? Aku juga ingin akrab dengan mereka agar aku tak diangggap pilih-pilih teman.
Sudah sering orang-orang terdekat menanyakan kepadaku, “Kapan pakai jilbab mbak?”, dan ku jawab “nanti dulu bu, akhlak saya saja belum baik. Dan saya mau menjilbab hati saya dulu.”Nanti dulu, ntar deh, besok aja, belum siap nih aku” begitulah jawaban yang aku lontarkan kepada mereka.
Bahasa Inggris, inilah pelajaran favoritku. Ibu jeki, guru pengampunya sangat baik, ramah dan perhatian pada siswa-siswinya. Hari itu tibalah jam pelajaran yang sangat ku nantikan. Biasanya beliau mengawali pelajaran dengan kisah, nasihat, dan motivasi. Selalu ku dengar dan ku laksanakan apa saja yang beliau katakan, mungkin karena hati ini memang sudah terlanjur terpaut dengan beliau. Hari ini beliau membahas tentang jilbab dan bagaimana sulitnya memakai jilbab di zaman bu Jeki SMA dulu. “Dulu ibu dan teman-teman hampir dikeluarkan dari SMA kalau ke sekolah masih memakai jilbab. Dulu susah sekali mendapat izin memakai jilbab, anak-anak sekarang yang di sekolahnya sudah memperbolehkan, nyatanya malah masih buka-bukaan, pun kalau ada yang memakai jilbab di sekolah nanti sepulang sekolah jilbab sudah mereka tanggalkan. Astaghfirullah.” Beliau menyampaikan bahwa jilbab akan menyelamatkan orang tua kita, saudara laki-laki kita, suami kita dari api neraka. Jika tak ingin menjadi penyebab mereka masuk neraka maka berjilbablah. Mutiara yang mahal itu akan disimpan dalam sebuah etalase yang indah, ia hanya akan dibuka dan diperlihatkan kepada yang ingin membelinya. Berbeda dengan barang murah yang boleh siapa saja memegangnya walaupun tidak jadi membeli. Berjilbablah sebelum dijilbabi dengan kain kafan.
Aku merasa tersindir, takut, dan sedih mendengar kisah bu Jeki. Bagaimana jika aku meninggal dalam keadaan tidak menutup aurat? Betapa banyak dosaku selama ini. Betapa teganya aku menjadi penyebab ayah ibuku masuk neraka. Setiba di rumah ku buka Al Qur’an dan tibalah di QS Al Ahzab ayat 59. Ya Rabb, ampuni aku yang selama ini telah mengacuhkan perintahmu. Pasca hari itu aku meminta izin dari orang tuaku dan meminta agar ibu membelikanku seragam lengan panjang dan rok panjang. “Sudahlah dik, tanggung tinggal 1 tahun lagi kamu sekolah. Ibu sedang tidak punya uang. Nanti saja berjilbabnya kalau kamu sudah lulus. Kalau kamu punya uang sendiri ya gapapa, sana beli seragam pakai uang sendiri.” Sedih mendengar jawaban ibu. Ku ambil wudhu dan ku dirikan shalat asar. Saat itu aku hanya mempunyai uang yang hanya cukup untuk membeli sebuah rok saja. Allah, bantu aku. Dan seperti biasa ku ceritakan pada sahabatku dan bermaksud meminjam uang untuk membeli seragam. Nanti uangnya aku ganti dengan uang jajanku, begitu pikirku. Subhanallah Allah beri kemudahan. Sahabatku hendak memberikan baju seragamnya untukku karena ia ingin membeli seragam yang baru. Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar baik, ternyata tetangga sahabatku sudah lulus dan menawarkan baju seragam untuk ku pakai. Aku mendapat empat pasang seragam osis, dua pasang seragam pramuka dan satu pasang seragam identitas sekolahku. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar.
Bismillah, aku berjilbab. Betapa luar biasanya terlindungi dari mata-mata non mahram yang melihat auratku. Subhanallah, betapa tenang dan damainya memakai jilbab. Betapa indah ketika teman-teman dan ibu guru makin respect padaku. Jilbab memang tidak menjamin akhlakku baik, tetapi setidaknya dengan jilbab aku bisa menghindari dosa tidak menutup aurat dan menghindari pandangan laki-laki yang bukan mahram.. Hidayah itu tidak datang sendiri, tapi bukalah hati kita agar mau menerima hidayah itu. So, bersiaplah menjemput hidayah untuk berjilbab.
Wanita berjilbab belum tentu wanita shalihah, tapi wanita shalihah pasti wanita berjilbab. Bismillah, yuk sama-sama belajar menjadi wanita berjilbab yang shalihah.
Ini ceritaku, apa ceritamu? J
Kisah nyata seorang staf Kemuslimahan HASKA JMF 2013

(Si Dandelion Sederhana)

No comments:

Post a Comment