Bismillah,
setelah sekian lama tak menulis untuk dikonsumsi orang lain, ku coba kembali
mengalunkan kata-kata yang semoga bermakna.
Aku adalah seorang anak tunggal dari
sebuah keluarga yan tidak terlalu kental suasana agamanya. Dilahirkan dari
kedua orangtua yang beragama Islam adalah hal yang patut untk disyukuri. Berbicara
tentang aku dan islam, maka yang akan dapat mengorelasikannya adalah hidayah
dan perubahan. Hidayah untuk menghijabkan diri karena-Nya (insyaAllah). Tentang
hati yang ikhlas menerima dan tentang jiwa yang tergerak untuk mulai membaik.
Dan lagi-lagi berhubungan dengan hati, selalu saja tentangmu. Panggilan untuk
berhijab sering digaung-gaungkan tepat di telinga namun perlu keikhlasan hati
untuk menerima agar tindakan nyata terlaksana. Ah, dulu selalu saja diri ini
menolak, mencari alasan dengan berbagai alibi. Maka jika terlalu sibuk
menemukan alasan, lalu kapan mau melakukan? Karena bukan hati dulu yang perlu
dihijabi namun harus beriringan agar tercipta harmoni perbaikan diri yang
seimbang.
Akhirnya
hidayahpun bisa ditindaklanjuti manakala hati ini sudah terbuka. Alhamdulillah,
tiada lagi keraguan dalam hati untuk segera menghijabkan sisi lahiriah.
Alhamdulillah, aku telah melewati masa revolusi dari fase yang penuh keburukan
menuju fase yang diterangi warna-warni cahaya Islam semenjak berhijab dua tahun
yang lalu. Betapa tenang, damai dan nyaman mengenakannya. Maka ketika raga
telah dijilbabi, timbul rasa tak nyaman ketika jiwa masih saja begini. Hati tak
dapat dibohongi memang. Bukankah tak adil jika raga yang sudah terhijabi, namun
hati belum juga berhijab? Sejak saat itulah aku putuskan untuk tak lagi menolak
keinginan hati untuk dihijabi. Bismillah. Maka ketika hati sudah berazzam, hati
pulalah yang bisa menjaga azzam itu. Karena Dialah Sang Pemilik hati, maka aku
belajar meminta pada-Nya agar diistiqomahkan dalam memperbaiki diri lahir dan
batin. J
Alhamdulillah (lagi) diizinkan Allah
menginjakkan kaki di kampus profetik dengan aroma Islam yang kental. Melihat
mbak-mbak dengan jilbab lebar, ah jadi ingat seorang ibu guru di SMP yang kami
sering menjulukinya ibu ‘taplak’ karena jilbab lebarnya itu. Astaghfirullah.
Dulu aku merasa aneh dan rada ilfill melihat mbak-mbak berjilbab lebar itu. Tapi
setelah aku membaca dan tahu, kini malah aku jadi belajar seperti mbak-mbak
itu. Ya Allah, ampuni asri Ya Rabb, atas kealphaan ilmu ini yang malah
menjadikan asri memandang aneh mbak-mbak itu.
Semenjak berada dalam rumah cinta
HASKA JMF ku temukan teladan, di sini pulalah ku rasakan indahnya ukhuwah
berbingkai cinta karena-Nya (insyaAllah). Ah, mereka itu selalu saja membuatku
kagum, haru, dan rindu. Tak perlu banyak kata, cukup senyum tulus dan hangatnya
pelukan telah mampu menetapkan hatiku untuk tak beranjak dari rumah cinta kita.
Ah, iya perhatian, itu pula yang telah menjadikanku tetap teguh di jalan ini.
“Sudah makan dek? Jaga kesehatan ya, sayang. Ayoo tidur, sudah malam. Yuk dhuha
dulu. Sudah berapa lembar tilawah hari ini, ukh?” Kalimat-kalimat sederhana,
namun begitu indah. Tak hanya tentang dunia, tapi bersama berjalan
mempersiapkan akhirat.
Alhamdulillah, Allah memang Maha Baik
membiarkanku terjerumus ke jurang kebaikan di rumah ini. Menjadi salah satu
keluarga para pejuang kemuslimahan adalah hal luar biasa lainnya. Ummi Atul, mba
fani, mb fia, sisil, idza, bunda wening, andri, rohmah, dan tak lupa si ukhti
semangat(ukh damai.red), kalian akhwat-akhwat tangguh yang luar biasa. Terima
kasih sudah mau mengajakku bersama-sama membingkai hari dengan kegiatan yang
insyaAllah penuh kebaikan. Mencoba tetap bertaqwa dalam kekuatan ukhuwah agar
istiqomah menebarkan kemuliaan dakwah. Rindu syuro di sudut favorit pojok utara
masmuja bersama kalimat-kalimat bijak kalian tentunya. Ya Allah, teguhkanlah
hati kami agar tetap menebarkan kebaikan. Aamiin J
Alhamdulillah pula bertemu
teman-teman dan mbak tutor yang luar biasa. J aku mencintai kalian karena Allah,
semoga kita diistiqomahkan untuk fastabiqul khayrat ya. J Jazakumullahu khayran katsir, selama
ini sudah menemaniku, mengingatkanku, menasihatiku agar tak melenceng. Walau
hanya bertemu sekali dalam seminggu, semoga hati-hati kita tetap menyatu. Walau
raga tak dapat terus bersua, semoga doa yangmenjadi pengikatnya. J
Tak terasa sudah memasuki semester 3.
Ah, sudah punya adik sekarang. Bismillah, apapun yang terjadi, harus bisa
memberi contoh yang baik kepada mereka. Apapun yang terjadi harus meningkat
amalan-amalannya. Apapun yang terjadi harus tegas pada prioritas. Apapun yang
terjadi, tak boleh menunda, kerjakan sekarang. Bismillah, harus bisa
membiasakan diri untuk tegas pada diri. Aku tak ingin seperti kemarin yang
membiarkan diri ini terlalu banyak bersikap santai pada waktu sehingga banyak
hal yang tak maksimal. Jangan lagi menunggu, jangan lagi menunda, karena hal
yang baik harus diupayakan kini. Semoga dengan ketegasan ini bisa memperbaiki.
Bismillah, siap move on dan siap menjemput takdir baik semester ini. J
Semoga bermanfaat. J Maaf atas segala kesalahan dan
kekurangan dalam tulisan yang tak bermelodi ini.
Dandelion
Sederhana
Di sudut masmuja ketika menunggu waktu asar