Tuesday, November 5, 2013

Dalam diamku

Dalam diam,
biarlah dalam diam ku temukan diriku yang selama ini tenggelam dalam kelam,
biarlah dalam diam ku jelajahi tapak demi tapak perjuangan
menjadi aku yang baru,
menjadi aku yang penuh semangat,
menjadi aku yang tak pernah menyerah,
menjadi aku yang bersyukur atas apapun,
menjadi aku yang selalu tersenyum kepada siapapun,
menjadi aku yang tetap teguh pada prinsip dan komitmen,
menjadi aku yang tetap bertahan di jalan ini,


hmm... "Bangunlah nak, sudah pagi"

Oh jadi ini mimpi ya?


hmm.. tidak, bukan... ini cita, ini akan jadi nyata jika aku mau memulai,

bergegaslah nak,
melangkahlah,
tapakilah jalan terjal itu
sampai kau temukan tempat istirahatmu,
sampai kau temukan puncak perjalananmu, ^^


Sesungguhnya tiada tempat terindah untuk beristirahat selain di surga-Nya ^^


ya perbincanganku bersama diam :)
KMA 12 April 2013

Saturday, October 26, 2013

Berubah

Berubahkah aku hanya bila ada sesuatu

Terus aku pulang pada sikap sebelum ku berubah
Hanya sekedar sesuatu tak berapa lama pun itu
Jarang ku terendap dalam sikap dimana ku berubah
Tuhan aku hanya manusia
Mudah berubah lagi dalam sekejap
Tuhan aku ingin berubah
Dan ku bertahan dalam perubahanku (Edcoustic-Berubah)




jangan terlalu lama melihat spion, nanti nabrak :) tetap lihat ke depan. Boleh lihat spion kok tapi sesekali saja kalau mau reting, atau keperluan lain. (dari seorang tetua)



Jangan terlalu sering melihat masa lalu, asri. Masa lalumu yang penuh dengan kekhilafan atau aib atau apalah namanya. Ah, terlalu banyak. Dan astaghfirullah, sangat memalukan. Semoga Allah senantiasa menutup aibmu dan menjagamu agar dapat menutup aib saudaramu. Aamiin



Sekali lagi, jangan terlalu lama melihat masa lalu, asri. Sesekali bolehlah untuk meningkatkan ghirah perbaikan. Sesekali boleh jika lewat kisah masa lalumu yang banyak rombeng sana-sini, dapat membuka hati orang lain untuk mengambil hikmah dan menjadi perantara hidayah.



Kamu hidup di masa kini, maka janganlah terlalu lama melihat ke belakang. Akan lebih produktif jika kau belajar. Ya yang bisa kau lakukan hanya belajar dan mencoba menambal yang masih rombeng sana-sini. Karena masih terlalu banyak yang rombeng, jadi kau harus terus menambal dan menjahitnya dengan benar. Perlu jarum keimanan dan benang-benang keistiqomahan. Ya, jika benangku mulai habis dan jarumku mulai tumpul. Tolong bantu asri untuk mempertajam lagi jarumnya dan menyiapkan lagi benang-benang baru yang lebih kuat ya, kawan :')


Semoga Allah menjemputku saat aku sudah menambal yang rombeng dengan benar. Aamiin

#Curhat

Dandelion Sederhana yang baru di jalan dakwah

Sunday, September 22, 2013

Aku, Islamku dan Semangat Baruku

            Bismillah, setelah sekian lama tak menulis untuk dikonsumsi orang lain, ku coba kembali mengalunkan kata-kata yang semoga bermakna.
Aku adalah seorang anak tunggal dari sebuah keluarga yan tidak terlalu kental suasana agamanya. Dilahirkan dari kedua orangtua yang beragama Islam adalah hal yang patut untk disyukuri. Berbicara tentang aku dan islam, maka yang akan dapat mengorelasikannya adalah hidayah dan perubahan. Hidayah untuk menghijabkan diri karena-Nya (insyaAllah). Tentang hati yang ikhlas menerima dan tentang jiwa yang tergerak untuk mulai membaik. Dan lagi-lagi berhubungan dengan hati, selalu saja tentangmu. Panggilan untuk berhijab sering digaung-gaungkan tepat di telinga namun perlu keikhlasan hati untuk menerima agar tindakan nyata terlaksana. Ah, dulu selalu saja diri ini menolak, mencari alasan dengan berbagai alibi. Maka jika terlalu sibuk menemukan alasan, lalu kapan mau melakukan? Karena bukan hati dulu yang perlu dihijabi namun harus beriringan agar tercipta harmoni perbaikan diri yang seimbang.
            Akhirnya hidayahpun bisa ditindaklanjuti manakala hati ini sudah terbuka. Alhamdulillah, tiada lagi keraguan dalam hati untuk segera menghijabkan sisi lahiriah. Alhamdulillah, aku telah melewati masa revolusi dari fase yang penuh keburukan menuju fase yang diterangi warna-warni cahaya Islam semenjak berhijab dua tahun yang lalu. Betapa tenang, damai dan nyaman mengenakannya. Maka ketika raga telah dijilbabi, timbul rasa tak nyaman ketika jiwa masih saja begini. Hati tak dapat dibohongi memang. Bukankah tak adil jika raga yang sudah terhijabi, namun hati belum juga berhijab? Sejak saat itulah aku putuskan untuk tak lagi menolak keinginan hati untuk dihijabi. Bismillah. Maka ketika hati sudah berazzam, hati pulalah yang bisa menjaga azzam itu. Karena Dialah Sang Pemilik hati, maka aku belajar meminta pada-Nya agar diistiqomahkan dalam memperbaiki diri lahir dan batin. J
Alhamdulillah (lagi) diizinkan Allah menginjakkan kaki di kampus profetik dengan aroma Islam yang kental. Melihat mbak-mbak dengan jilbab lebar, ah jadi ingat seorang ibu guru di SMP yang kami sering menjulukinya ibu ‘taplak’ karena jilbab lebarnya itu. Astaghfirullah. Dulu aku merasa aneh dan rada ilfill melihat mbak-mbak berjilbab lebar itu. Tapi setelah aku membaca dan tahu, kini malah aku jadi belajar seperti mbak-mbak itu. Ya Allah, ampuni asri Ya Rabb, atas kealphaan ilmu ini yang malah menjadikan asri memandang aneh mbak-mbak itu.
Semenjak berada dalam rumah cinta HASKA JMF ku temukan teladan, di sini pulalah ku rasakan indahnya ukhuwah berbingkai cinta karena-Nya (insyaAllah). Ah, mereka itu selalu saja membuatku kagum, haru, dan rindu. Tak perlu banyak kata, cukup senyum tulus dan hangatnya pelukan telah mampu menetapkan hatiku untuk tak beranjak dari rumah cinta kita. Ah, iya perhatian, itu pula yang telah menjadikanku tetap teguh di jalan ini. “Sudah makan dek? Jaga kesehatan ya, sayang. Ayoo tidur, sudah malam. Yuk dhuha dulu. Sudah berapa lembar tilawah hari ini, ukh?” Kalimat-kalimat sederhana, namun begitu indah. Tak hanya tentang dunia, tapi bersama berjalan mempersiapkan akhirat.
Alhamdulillah, Allah memang Maha Baik membiarkanku terjerumus ke jurang kebaikan di rumah ini. Menjadi salah satu keluarga para pejuang kemuslimahan adalah hal luar biasa lainnya. Ummi Atul, mba fani, mb fia, sisil, idza, bunda wening, andri, rohmah, dan tak lupa si ukhti semangat(ukh damai.red), kalian akhwat-akhwat tangguh yang luar biasa. Terima kasih sudah mau mengajakku bersama-sama membingkai hari dengan kegiatan yang insyaAllah penuh kebaikan. Mencoba tetap bertaqwa dalam kekuatan ukhuwah agar istiqomah menebarkan kemuliaan dakwah. Rindu syuro di sudut favorit pojok utara masmuja bersama kalimat-kalimat bijak kalian tentunya. Ya Allah, teguhkanlah hati kami agar tetap menebarkan kebaikan. Aamiin J
Alhamdulillah pula bertemu teman-teman dan mbak tutor yang luar biasa. J aku mencintai kalian karena Allah, semoga kita diistiqomahkan untuk fastabiqul khayrat ya. J Jazakumullahu khayran katsir, selama ini sudah menemaniku, mengingatkanku, menasihatiku agar tak melenceng. Walau hanya bertemu sekali dalam seminggu, semoga hati-hati kita tetap menyatu. Walau raga tak dapat terus bersua, semoga doa yangmenjadi pengikatnya. J
Tak terasa sudah memasuki semester 3. Ah, sudah punya adik sekarang. Bismillah, apapun yang terjadi, harus bisa memberi contoh yang baik kepada mereka. Apapun yang terjadi harus meningkat amalan-amalannya. Apapun yang terjadi harus tegas pada prioritas. Apapun yang terjadi, tak boleh menunda, kerjakan sekarang. Bismillah, harus bisa membiasakan diri untuk tegas pada diri. Aku tak ingin seperti kemarin yang membiarkan diri ini terlalu banyak bersikap santai pada waktu sehingga banyak hal yang tak maksimal. Jangan lagi menunggu, jangan lagi menunda, karena hal yang baik harus diupayakan kini. Semoga dengan ketegasan ini bisa memperbaiki. Bismillah, siap move on dan siap menjemput takdir baik semester ini. J
Semoga bermanfaat. J Maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam tulisan yang tak bermelodi ini.

                                                                                                Dandelion Sederhana

Di sudut masmuja ketika menunggu waktu asar

Haska FTS : Warna-Warni Ramadhan di Rantau

Berbeda dengan tahun lalu, tahun ini aku lebih banyak menjalani Ramadhanku di rantau, lebih tepatnya di kampus UNY. Kampus religius ini yang menjadi tempatku menghabiskan dua per tiga bulan yang penuh maghfiroh ini. Hampir setiap hari diisi syuro bersama kawan-kawan pejuang yang luar biasa. Para pejuang yang tetap bertahan di rantau untuk menyambut keluarga baru FMIPA, itu lho adik-adik maba yang masih unyu-unyu. Mempersiapkan stand dan tentunya berbagai amunisi, seperti bunga, gantungan kunci, pembatas buku, dan tentunya senyum dan keramahan untuk menyentuh hati mereka. Setiap hari nangkring di stand untuk menyediakan berbagai hal yang maba butuhkan. Tak kenal lelah kalian ini.
Pernah suatu hari bertemu dengan seorang maba. Ia begitu ramah. Aku memulai percakapan dan dia pun menyambut dengan hangat dan tak terasa sudah asar. Dari percakapan tadi, aku tahu bahwa dia ingin bergabung menjadi LJ rangers. Di hari yang berbeda ku bertemu dengan seorang akhwat yang begitu anggun dan dewasa. Ternyata dia maba yang berasal dari luar Jawa. Subhanallah, ia merelakan lebarannya kali ini tak pulkam untuk mengikuti rangkaian kegiatan mahasiswa baru.
Tak hanya syuro dan menyambut maba. Ada sebuah pengalaman lucu saat sahur keempat. Mba kos sudah membeli lauk saat buka, jadi tak ada teman untuk keluar membeli nasi dan teman-temannya. Alhamdulillah ada mie instan, ternyata gas habis. Heater-pun tak punya. Akhirnya memasak mie instan menggunakan setrika yang ku letakkan di atas cangkir stainless berisi air. Walaupun dengan alat yang seadanya, alhamdulillah masih dapat melaksanakan sahur. Pasca kejadian itu, aku jadi sering memasak menggunakan setrika jika kepepet. Hehehe...
Ada satu hari untuk menyelesaikan sebuah amanah yang di-dateline esok, namun baru dapat dikerjakan H min satu. Alhasil bersama tiga akhwat melembur hingga tak tidur sama sekali. Seorang akhwat mengatakan biar lelah asal lillah. Kata teman si akhwat tadi kalau lillah tak pernah lelah. Perjuangan ini belum ada apa-apanya dibandingkan dengan perjuangan Rasulullah. So, jangan merasa capek asri, semua ini hanya titik-titik kecil yang telah kau lakukan untuk dakwah. Pagi itu pasca lembur, kalimat pertama yang diucapkan seorang sahabat padaku “Ukh, jangan lupa istirahat.” Kami pun berpisah. Dan ketika bertemu kembali, ia berkata “Ukh, tidur dulu” dengan raut muka seperti ibu yang sedang menyuruh anaknya, layaknya seorang kakak yang sedang memperhatikan adiknya. Subhanallah, betapa indahnya ukhuwah. Sahabat bisa menjadi ibu yang memperhatikan kita, terkadang ia bisa juga menjadi anak kecil yang celotehnya membuat kita tertawa, ia juga bisa menjadi kakak dengan nasihat-nasihat dan solusi-solusinya. And i’m really pleased to have you as my best friend because of Allah. Titik dua bintang untuk sahabat-sahabat tersayang.
Senin, 29 Juli 2013, saatnya upgrading HASKA. “Merajut kembali makna ukhuwah, bersama tetap tegar di jalan dakwah”. Bukan dakwah yang membutuhkan kita, tetapi kita yang membutuhkan dakwah. Merasa tertohok ketika melihat video yang ditayangkan. Jleb-jleb sekali. Mana aksimu atas penderitaan saudaramu di Palestina, Suriah, Rohingnya. Tak perlu jauh-jauh, saudara kita sendiri sedang berjuang melawan sakitnya. Ukh anisyah, mas’ulah kita, ummi kita masih terbaring di rumah sakit. Saatnya kita peduli, karena kita keluarga, atau jangan-jangan kita hanya organisasi yang hanya menjalankan proker saja. :’( Ayo tunjukkan kepedulianmu, tunjukkan rasa kekeluargaanmu pada saudarimu. Begitu kata seorang ikhwan.
Ummi Anisyah, merindukan sosok beliau yang begitu hangat kepada anak-anaknya. Di tengah sakitnya pun wajahnya tetap teduh dan bersinar. Ummi, kami tahu ummi kuat dan ummi pasti bisa melalui ujian ini. Kami menanti ummi kembali ke HASKA. Kami rindu ummi Anisyah. Ya Allah, berikanlah kesembuhan untuk ummi kami. Aamiin
Siang harinya HAFA (HAska Fresh Abis) alias masak-masak. Senangnya bisa memasak bersama pejuang Kemuslimahan. Dipimpin oleh mba Atul, sang Koakh wa Kabid kami mulai meracik berbagai bumbu. Idza, Asri, Bunda Wening, Mba Fani dan Andri memotong-motong sayur dan buah. Akhirnya tersaji NaBokSi (Nasi Botok Sushi) Ukhuwah untuk Pejuang yang Tak Kenal Lelah ditemani Koktail Istiqomah untuk Pejuang Dakwah. Selamat berbuka!
Oiya, Ramadhan kali ini aku bertemu para malaikat kecil, adik-adik TPA yang begitu luar biasa. Begitu aktif berolahraga. Sebelum mengaji dimulai, mereka berlarian. Seusai mengaji pun begitu. Kadang membuat kepala sedikit pusing dengan tingkah mereka, tapi juga sering membuat mas dan mbaknya ini tersenyum dengan tingkah lucunya. Si kembar Anjani Anjali yang tak terpisahkan, Lili yang hobi lari, Ziven yang jilbabnya modis, Faras yang pendiam, Faisal yang kalau mengaji sering lihat ke atas, si imut Nindy, Trio Dyas Yaya Nisa, Dila, Naura, dan masih banyak yang lain. Di sini pun aku bertemu dengan sahabat baru, Vina, Mba Tri, mba Ata, mba Rita, dan ustadzah lainnya. Aku kecewa pada diri sendiri yang belum istiqomah membersamai mereka. Masih bolong-bolong ke TPA. “Mba, kok kemarin ga datang” ucap seorang ustadzah dengan wajah pura-pura cemberut. Aku hanya bisa tersenyum dan meminta maaf padanya. Lagi-lagi tentang prioritas.
Pernah suatu sore diminta tolong untuk membantu seorang kakak mengurus takjil. Awalnya aku mengiyakan namun mengingat ada agenda lain, aku pun meminta pendapat kakak tadi. Ia mengusulkan padaku untuk datang ke agenda yang lain itu. Dan lagi tentang prioritas. Manakala kau maksimalkan yang satu, maka yang satu akan merasa terabaikan. Namun manakala kau melakukan keduanya, maka keduanya tidak bisa maksimal. Bismillah, aku pun harus memilih dan semoga pilihan-pilihanku dan apa yang telah ku lakukan itu sudah benar dan sesuai dengan fiqh prioritas. Afwan kepada antum semua yang sudah asri kecewakan. Jika asri masih salah menempatkan dan memilih fiqh prioritas, mohon diluruskan.
Semoga hanya Allah yang menjadi tujuan kita melakukan aktivitas di setiap nafas. J

Afwan hanya ini yang bisa asri tuliskan. Tentunya masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, asri mohon kritik dan sarannya nggih untuk tulisan ini.
Dandelion Sederhana

Bismillah aku berjilbab :)

Kau tahu betapa buruknya akhlakku dulu. Dulu ku biarkan aurat ini terlihat oleh siapapun. Celana jeans, kaos berlengan sesiku itulah kostumku sehari-hari. Bercampur baur dengan laki-laki pun ku anggap hal yang wajar, kenapa harus menjauh? Toh kita tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Memangnya tak bolehkah jika aku ingin berbicara dengan teman yang laki-laki? Memangnya tak boleh aku bertanya tentang pelajaran sekolah pada si laki-laki yang pandai itu? Aku juga ingin akrab dengan mereka agar aku tak diangggap pilih-pilih teman.
Sudah sering orang-orang terdekat menanyakan kepadaku, “Kapan pakai jilbab mbak?”, dan ku jawab “nanti dulu bu, akhlak saya saja belum baik. Dan saya mau menjilbab hati saya dulu.”Nanti dulu, ntar deh, besok aja, belum siap nih aku” begitulah jawaban yang aku lontarkan kepada mereka.
Bahasa Inggris, inilah pelajaran favoritku. Ibu jeki, guru pengampunya sangat baik, ramah dan perhatian pada siswa-siswinya. Hari itu tibalah jam pelajaran yang sangat ku nantikan. Biasanya beliau mengawali pelajaran dengan kisah, nasihat, dan motivasi. Selalu ku dengar dan ku laksanakan apa saja yang beliau katakan, mungkin karena hati ini memang sudah terlanjur terpaut dengan beliau. Hari ini beliau membahas tentang jilbab dan bagaimana sulitnya memakai jilbab di zaman bu Jeki SMA dulu. “Dulu ibu dan teman-teman hampir dikeluarkan dari SMA kalau ke sekolah masih memakai jilbab. Dulu susah sekali mendapat izin memakai jilbab, anak-anak sekarang yang di sekolahnya sudah memperbolehkan, nyatanya malah masih buka-bukaan, pun kalau ada yang memakai jilbab di sekolah nanti sepulang sekolah jilbab sudah mereka tanggalkan. Astaghfirullah.” Beliau menyampaikan bahwa jilbab akan menyelamatkan orang tua kita, saudara laki-laki kita, suami kita dari api neraka. Jika tak ingin menjadi penyebab mereka masuk neraka maka berjilbablah. Mutiara yang mahal itu akan disimpan dalam sebuah etalase yang indah, ia hanya akan dibuka dan diperlihatkan kepada yang ingin membelinya. Berbeda dengan barang murah yang boleh siapa saja memegangnya walaupun tidak jadi membeli. Berjilbablah sebelum dijilbabi dengan kain kafan.
Aku merasa tersindir, takut, dan sedih mendengar kisah bu Jeki. Bagaimana jika aku meninggal dalam keadaan tidak menutup aurat? Betapa banyak dosaku selama ini. Betapa teganya aku menjadi penyebab ayah ibuku masuk neraka. Setiba di rumah ku buka Al Qur’an dan tibalah di QS Al Ahzab ayat 59. Ya Rabb, ampuni aku yang selama ini telah mengacuhkan perintahmu. Pasca hari itu aku meminta izin dari orang tuaku dan meminta agar ibu membelikanku seragam lengan panjang dan rok panjang. “Sudahlah dik, tanggung tinggal 1 tahun lagi kamu sekolah. Ibu sedang tidak punya uang. Nanti saja berjilbabnya kalau kamu sudah lulus. Kalau kamu punya uang sendiri ya gapapa, sana beli seragam pakai uang sendiri.” Sedih mendengar jawaban ibu. Ku ambil wudhu dan ku dirikan shalat asar. Saat itu aku hanya mempunyai uang yang hanya cukup untuk membeli sebuah rok saja. Allah, bantu aku. Dan seperti biasa ku ceritakan pada sahabatku dan bermaksud meminjam uang untuk membeli seragam. Nanti uangnya aku ganti dengan uang jajanku, begitu pikirku. Subhanallah Allah beri kemudahan. Sahabatku hendak memberikan baju seragamnya untukku karena ia ingin membeli seragam yang baru. Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar baik, ternyata tetangga sahabatku sudah lulus dan menawarkan baju seragam untuk ku pakai. Aku mendapat empat pasang seragam osis, dua pasang seragam pramuka dan satu pasang seragam identitas sekolahku. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar.
Bismillah, aku berjilbab. Betapa luar biasanya terlindungi dari mata-mata non mahram yang melihat auratku. Subhanallah, betapa tenang dan damainya memakai jilbab. Betapa indah ketika teman-teman dan ibu guru makin respect padaku. Jilbab memang tidak menjamin akhlakku baik, tetapi setidaknya dengan jilbab aku bisa menghindari dosa tidak menutup aurat dan menghindari pandangan laki-laki yang bukan mahram.. Hidayah itu tidak datang sendiri, tapi bukalah hati kita agar mau menerima hidayah itu. So, bersiaplah menjemput hidayah untuk berjilbab.
Wanita berjilbab belum tentu wanita shalihah, tapi wanita shalihah pasti wanita berjilbab. Bismillah, yuk sama-sama belajar menjadi wanita berjilbab yang shalihah.
Ini ceritaku, apa ceritamu? J
Kisah nyata seorang staf Kemuslimahan HASKA JMF 2013

(Si Dandelion Sederhana)

Aku dan Gembul

Gembul, satu kata yang membuatku selalu tersenyum saat mendengarnya. ^^ Eh, bukannya aku gila lho, karena senyum-senyum sendiri mendengar kata gembul. Entah kenapa aku merasa sangat suka dan sangat bahagia dengan panggilan ini. Ada rasa tersendiri saat dipanggil dengan sebutan ini. (cie....) Begitu nyaman, rasanya tak ada sekat yang memisahkanku dengan yang menyapaku Gembul .

Mungkin bagi sebagian orang sapaan Gembul adalah sapaan yang kurang sopan. Ah iya, aku hanya bisa berkata “mungkin” karena aku belum tahu apakah sudah ada yang mensurvey atau belum, berapa persentase yang menyukai dan tidak menyukai dirinya dipanggil gembul. :o Dan mungkin hanya sebagian kecil yang menyukai sapaan ini, termasuk aku di dalamnya. :D Aneh gak sih? Ah menurutku tidak. Mungkin aku berpendapat begini karena aku terlalu suka dengan panggilan gembul. Aku menganggapnya panggilan sayang dari sahabat-sahabat dan mbak-mbakku. J Ya, anggap saja begitu. Anggap saja ini ungkapan cinta mereka padaku. Mudah bukan? Tak perlu berpikir bahwa itu ejekan (mungkin atas fisikku yang memang gembul ini). Ah tak apa, toh memang begini adanya, tak dapat dipungkiri dan hanya bisa disyukuri, alhamdulillah. Karena kegembulan badanku jadi Allah membuatku merasa senang dengan panggilan kesayangan ini. :D

Jika dapat membuat segala hal menjadi mudah dan ringan, kenapa harus membuatnya menjadi sulit dan berat. Jika dapat berpikir positif dengan efek bahagia, kenapa harus berpikir negatif yang hanya membuat pening saja. Inget lho, kan F aksi sama dengan –F reaksi  (kalo ga nyambung disambungin sendiri ya :D)

Ah, semoga kata gembul ini bisa menjadikan diriku lebih baik lagi. Bukankah lisan itu bersifat netral saat diam. Maka pikiran kitalah yang mengendalikannya. Pikiran kitalah yang menginstruksikan sang lidah untuk berkata yang baik dan menyenangkan, pun sebaliknya pikiran kita jugalah yang dapat membuatnya mengeluarkan kata-kata buruk nan menyakitkan. Lagi-lagi, iya, lagi dan lagi semua itu terkait dengan hati. Di sinilah hati nurani itu berfungsi. Jika hati itu baik dan bersih maka ia akan membisikkan pada pikiran untuk mengatakan hal baik nan menyenangkan. Dan jika hati kita sedang keruh, bisa jadi ia membisikkan pikiran yang memberikan instruksi pada lidah untuk berkata sebaliknya. (Aduh, apaan sih kok sampai ke sini segala? :o Okee, kembali ke Gembul ya :D) Ya, ketika memandang gembul sebagai suatu ejekan, sepertinya hanya sakit hati yang didapat. Namun jika memandang kata gembul sebagai panggila sayang  dan pemicu kebaikan, maka itu jugalah yang akan terjadi pada kita. Ya, berpikirlah bahwa itu dalah doa mereka. Semoga yang dipanggil gembul ini tak hanya gembul badannya saja. Semoga gembul imannya, gembul kejernihan hatinya, gembul ilmunya, gembul ramahnya, gembul rasa maafnya, gembul kesabarannya, dan gembul-gembul kebaikan yang lainnya. J

Mau baik atau tidak, semua itu tergantung kita. Kalau udah ada yang baik, kenapa milih yang ga baik. Buat diri sendiri, jangan coba-coba (maaf kata-kata ini ngutip di iklan) :) Intinya, yuk sama-sama belajar berpikir positif :)

Sedikit refleksi mengenai panggilan kesukaanku :D Semoga bermanfaat.

Sabtu malam, 21 September 2013 @22.59 oleh Dandelion Sederhana yang sedang belajar membuka mata, telinga, pikiran dan hati.

Spesial untuk gembul ije, gembul nibi-chan, mba bunda rizki, mba azi, mba mifta, alvica, hamida, ibu sari, fikha, dan siapa lagi ya, lupa. Mungkin sudah terlalu banyak yang ku panggil gembul, maafkan aku jika panggilan ini membuat kalian tak nyaman. :)

Ditujukan untuk para pejuang KSK yang cantiknya luar biasa :D mami erni, mba nurma, mba indri, mba jelita, kaka nibi, kaka lala, kaka nunu, kaka isti, kaka memen, kaka yuti... tidakkah kalian merindukan si gembul ini? Aku kangen kalian dan kerempongan kita dulu :*

Saturday, September 21, 2013

Catatan lama #1

Biarlah mawar tetap berduri,
mentari tetap bersinar,
laut tetap berombak,
bumi tetap berputar


biarlah tetap seperti ini,
karena aku juga tak kan berubah,
tetap seperti ini,
menanti
hingga si pemilik tulang rusuk itu,
menemukan tulang rusuknya yang hilang



aku tak ingin menerka-nerka
karna tak ingin kecewa,


biarlah kapalmu berlayar
menemukan dermaga hatiku
sejenak singgah
tuk selanjutnya
membawaku berlayar
bersama gelombang cinta
dalam samudera kehidupan


biarlah bunga ini tetap menguncup
aku yakin
suatu hari nanti
akan tiba masanya mekar,
bersama datangnya sang kumbang,
menghisap madu serta membantu penyerbukan,
hingga nanti berbuah
dengan cara yang halal

08.06.2012 10:22

biarlah angin cinta-Nya membawa perahuku berlabuh dalam dermaga yang telah Dia janjikan. (versi lain)

Dandelion Sederhana yang mencoba merangkai makna

Tentang bagaimana menyentuh hati dan sesuatu bernama pulsa

Pejuang itu ga boleh sampai kehabisan pulsa. Kalau sampai kehabisan pulsa dan ada sms atau pesan atau permintaan bantuan dari si objek dakwah atau ada panggilan darurat dari qiyadah, kan ga bisa langsung action to?

Ah, maaf hari ini sudah mengecewakan banyak pihak karena kehabisan pulsa, terutama si mad’u.

“Assalamu’alaikum. Mba asri, mau curhat boleh?”

Aku tetap duduk menunggu pulsa yang sudah diorder itu datang. Dan belum 5 menit berlalu, datang sms kedua dari orang yang sama.

“Mba, aku boleh curhat ga?”

Si pulsa tak kunjung datang juga, maka segeralah berlari mencari amunisi (red. pulsa). Alhamdulillah sms balasan untuknya bisa segera dikirim.

“Wa’alaikumussalam wr wb. Maaf dek td hbs pulsanya. Maaf ya, baru balas. Gimana sayang :) cerita aja :) smga mb bisa bantu.”

Beberapa menit kemudian balsan darinya tak muncul di layar HP-ku. Hmm.. mungkin dia sudah tidur, atau sedang belajar atau mungkin juga masih asyik ngaji di pondoknya. Keep positive thinking ya asri ^^. Iya sih, tapi rasa bersalah dan menyesal itu ada. -_-

“Gmana dek? :) Udah tidur ya, atau masih ngaji di pondok? Maaf ya mb kelamaan balasnya. :’(“

Hmm.. ya benar kata seorang tetua, pejuang itu harus selalu punya amunisi agar menang. Jangan sampai kehabisan pulsa. Jangan sampai HP-nya mati, kalau perlu bawa baterai cadangan. Jadi kalau ada hal penting yang mad’u butuhkan bisa segera action.

“Gimana mau menyentuh hati kalau ga punya pulsa, ga punya amunisi. Ah, baru beberapa minggu mengenalnya, aku sudah mengecewakan.” Begitu cecar hatiku padaku. :’( #JLEB-JLEB


Ya Rabb, semoga aku masih dapat menyentuh hatinya. Aamiiin


*baru terjadi *real, 20sept2013 ba’da isya

Sudah-sudah, #SAY NO TO GALAU, asri ^^


Karena perasaan dan kasih sayang adalah bahasa dakwah, sentuhlah hati-hati itu dengan sejuta kesan yang indah agar hati-hati itu tergerak membaik dalam kebaikan.


_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

#Muhasabah hari ini


Maaf jika aku lebay. Semoga catatan kecil ini bermanfaat :’)


Tetap semangat MENEBAR WARNA-WARNI KEBAIKAN. Barakallah :)

20 September 2013, 21.46@Kamar mimpi dan aksi :')