Berbeda dengan tahun lalu, tahun ini aku
lebih banyak menjalani Ramadhanku di rantau, lebih tepatnya di kampus UNY.
Kampus religius ini yang menjadi tempatku menghabiskan dua per tiga bulan yang penuh
maghfiroh ini. Hampir setiap hari diisi syuro bersama kawan-kawan pejuang yang
luar biasa. Para pejuang yang tetap bertahan di rantau untuk menyambut keluarga
baru FMIPA, itu lho adik-adik maba yang masih unyu-unyu. Mempersiapkan stand
dan tentunya berbagai amunisi, seperti bunga, gantungan kunci, pembatas buku,
dan tentunya senyum dan keramahan untuk menyentuh hati mereka. Setiap hari
nangkring di stand untuk menyediakan berbagai hal yang maba butuhkan. Tak kenal
lelah kalian ini.
Pernah suatu hari bertemu dengan seorang
maba. Ia begitu ramah. Aku memulai percakapan dan dia pun menyambut dengan
hangat dan tak terasa sudah asar. Dari percakapan tadi, aku tahu bahwa dia ingin
bergabung menjadi LJ rangers. Di hari yang berbeda ku bertemu dengan seorang
akhwat yang begitu anggun dan dewasa. Ternyata dia maba yang berasal dari luar
Jawa. Subhanallah, ia merelakan lebarannya kali ini tak pulkam untuk mengikuti
rangkaian kegiatan mahasiswa baru.
Tak hanya syuro dan menyambut maba. Ada sebuah
pengalaman lucu saat sahur keempat. Mba kos sudah membeli lauk saat buka, jadi
tak ada teman untuk keluar membeli nasi dan teman-temannya. Alhamdulillah ada
mie instan, ternyata gas habis. Heater-pun tak punya. Akhirnya memasak mie
instan menggunakan setrika yang ku letakkan di atas cangkir stainless berisi
air. Walaupun dengan alat yang seadanya, alhamdulillah masih dapat melaksanakan
sahur. Pasca kejadian itu, aku jadi sering memasak menggunakan setrika jika
kepepet. Hehehe...
Ada satu hari untuk menyelesaikan sebuah
amanah yang di-dateline esok, namun baru dapat dikerjakan H min satu.
Alhasil bersama tiga akhwat melembur hingga tak tidur sama sekali. Seorang
akhwat mengatakan biar lelah asal lillah. Kata teman si akhwat tadi kalau
lillah tak pernah lelah. Perjuangan ini belum ada apa-apanya dibandingkan
dengan perjuangan Rasulullah. So, jangan merasa capek asri, semua ini hanya
titik-titik kecil yang telah kau lakukan untuk dakwah. Pagi itu pasca lembur,
kalimat pertama yang diucapkan seorang sahabat padaku “Ukh, jangan lupa
istirahat.” Kami pun berpisah. Dan ketika bertemu kembali, ia berkata “Ukh,
tidur dulu” dengan raut muka seperti ibu yang sedang menyuruh anaknya, layaknya
seorang kakak yang sedang memperhatikan adiknya. Subhanallah, betapa indahnya
ukhuwah. Sahabat bisa menjadi ibu yang memperhatikan kita, terkadang ia bisa
juga menjadi anak kecil yang celotehnya membuat kita tertawa, ia juga bisa
menjadi kakak dengan nasihat-nasihat dan solusi-solusinya. And i’m really
pleased to have you as my best friend because of Allah. Titik dua bintang untuk
sahabat-sahabat tersayang.
Senin, 29 Juli 2013, saatnya upgrading
HASKA. “Merajut kembali makna ukhuwah, bersama tetap tegar di jalan dakwah”. Bukan
dakwah yang membutuhkan kita, tetapi kita yang membutuhkan dakwah. Merasa
tertohok ketika melihat video yang ditayangkan. Jleb-jleb sekali. Mana aksimu
atas penderitaan saudaramu di Palestina, Suriah, Rohingnya. Tak perlu
jauh-jauh, saudara kita sendiri sedang berjuang melawan sakitnya. Ukh anisyah,
mas’ulah kita, ummi kita masih terbaring di rumah sakit. Saatnya kita peduli,
karena kita keluarga, atau jangan-jangan kita hanya organisasi yang hanya
menjalankan proker saja. :’( Ayo tunjukkan kepedulianmu, tunjukkan rasa
kekeluargaanmu pada saudarimu. Begitu kata seorang ikhwan.
Ummi Anisyah, merindukan sosok beliau
yang begitu hangat kepada anak-anaknya. Di tengah sakitnya pun wajahnya tetap
teduh dan bersinar. Ummi, kami tahu ummi kuat dan ummi pasti bisa melalui ujian
ini. Kami menanti ummi kembali ke HASKA. Kami rindu ummi Anisyah. Ya Allah,
berikanlah kesembuhan untuk ummi kami. Aamiin
Siang harinya HAFA (HAska Fresh Abis)
alias masak-masak. Senangnya bisa memasak bersama pejuang Kemuslimahan.
Dipimpin oleh mba Atul, sang Koakh wa Kabid kami mulai meracik berbagai bumbu.
Idza, Asri, Bunda Wening, Mba Fani dan Andri memotong-motong sayur dan buah.
Akhirnya tersaji NaBokSi (Nasi Botok Sushi) Ukhuwah untuk Pejuang yang Tak
Kenal Lelah ditemani Koktail Istiqomah untuk Pejuang Dakwah. Selamat berbuka!
Oiya, Ramadhan kali ini aku bertemu para
malaikat kecil, adik-adik TPA yang begitu luar biasa. Begitu aktif berolahraga.
Sebelum mengaji dimulai, mereka berlarian. Seusai mengaji pun begitu. Kadang
membuat kepala sedikit pusing dengan tingkah mereka, tapi juga sering membuat
mas dan mbaknya ini tersenyum dengan tingkah lucunya. Si kembar Anjani Anjali
yang tak terpisahkan, Lili yang hobi lari, Ziven yang jilbabnya modis, Faras
yang pendiam, Faisal yang kalau mengaji sering lihat ke atas, si imut Nindy,
Trio Dyas Yaya Nisa, Dila, Naura, dan masih banyak yang lain. Di sini pun aku
bertemu dengan sahabat baru, Vina, Mba Tri, mba Ata, mba Rita, dan ustadzah
lainnya. Aku kecewa pada diri sendiri yang belum istiqomah membersamai mereka.
Masih bolong-bolong ke TPA. “Mba, kok kemarin ga datang” ucap seorang ustadzah
dengan wajah pura-pura cemberut. Aku hanya bisa tersenyum dan meminta maaf
padanya. Lagi-lagi tentang prioritas.
Pernah suatu sore diminta tolong untuk
membantu seorang kakak mengurus takjil. Awalnya aku mengiyakan namun mengingat
ada agenda lain, aku pun meminta pendapat kakak tadi. Ia mengusulkan padaku
untuk datang ke agenda yang lain itu. Dan lagi tentang prioritas. Manakala kau maksimalkan
yang satu, maka yang satu akan merasa terabaikan. Namun manakala kau melakukan
keduanya, maka keduanya tidak bisa maksimal. Bismillah, aku pun harus memilih
dan semoga pilihan-pilihanku dan apa yang telah ku lakukan itu sudah benar dan
sesuai dengan fiqh prioritas. Afwan kepada antum semua yang sudah asri
kecewakan. Jika asri masih salah menempatkan dan memilih fiqh prioritas, mohon
diluruskan.
Semoga hanya Allah yang menjadi tujuan
kita melakukan aktivitas di setiap nafas. J
Afwan hanya ini yang bisa asri tuliskan.
Tentunya masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, asri mohon kritik dan
sarannya nggih untuk tulisan ini.
Dandelion Sederhana