Wednesday, May 21, 2014

Sepenggal Memori #2 –Sebaik apapun hasil, prosesmu lebih mendewasakan dan membelajarkan-

Yogyakarta, 17 April 2014

Seringkali... Biasanya... Ah, kebanyakan... Hmm, mungkin hanya beberapa memilih mendapatkan hasil yang ideal, terbaik, maksimal namun secara instan, cepat, langsung ingin mendapatkannya. Ya, mungkin aku termasuk di dalamnya. Semoga tak lagi. Ya, kebanyakan kurang memperhatikan bagaimana cara yang baik, benar. Oke, lagi dan lagi ini tentang cara bagaimana mencapai suatu hal atau yang lebih dikenal dengan istilah proses.

Ingatlah, Nak. Prosesmu, seberapapun dan bagaimanapun hasil yang kau dapat, sekalipun itu ideal. Prosesmu itu lebih mendawasakanmu, Nak! Prosesmu itu lebih membelajarkanmu, Nak!

Ingat Nak, bukanlah hasil yang menjadi nomor satu! Sadarilah bahwa prosesmu itulah yang justru membentukmu. Prosesmu itulah yang kan membuatmu mengerti dan membelajarkanmu banyak hal.

Ya, mereka di luar sana sudah mengerti banyak hal. Sedangkan kau merasa, kau di belakang mereka atau bahkan kau merasa kau tertinggal amat jauh? Anakku, tak apa. Ini bukan berarti kau tak dapat mengerti. Bersyukurlah, tetap berpositiflah Nak. Inilah cara-Nya menyadarkanmu bahwa masih banyak yang perlu kau perbaiki. Nak, kau juga bisa seperti mereka. Hanya saja, bisa jadi Allah belum mengizinkan kau mengerti saat ini. Bisa jadi jika kau sudah mengerti saat ini, kau jadi sombong. Bisa jadi inilah cara Allah menyelamatkanmu dari sifat itu. Percayalah, sebaik-baik rencana adalah milik-Nya.

Proses itu memang panjang, Nak. Mungkin kau akan merasa lelah, ya bahkan kau mungkin ingin berhenti dan kembali me-nomor satu-kan hasil dengan cara apapun. Berproses memang butuh waktu dan kesabaran tentunya. Namun bukankah dari situ pula akan kau dapatkan banyak pelajaran? Dari situ pulalah kau kan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik?

Instrospeksi dirimu, Nak! Bermuhasabahlah Nak.

“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah Mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah: 216)

Ini ayat cinta dari-Nya. Cobalah kembali meluruskan niatmu. Proses itu memang harus terus dilakukan karena-Nya. Jika bukan karena-Nya maka kau akan mudah lelah bahkan mungkin sampai ingin berhenti. Teruslah tumbuh Nak. Teruslah berproses. Jadikan ajal sebagai pemberhentian prosesmu. Teruslah belajar Nak hingga nafas terhenti.

Belum terlambat untuk tak lagi menjadikan hasil yang nomor satu. Belum terlambat untuk kembali memprioritaskan proses. Belum terlambat untuk memperbaki prosesmu. Belum terlambat untuk bermetamorfosis menjadi lebih baik. Ingatlah Nak, selalu libatkan Alah. Ingatlah hanya karena-Nya, kau yang lemah ini mampu berproses. Ketika tak kau temukan hasil yang maksimal, ingat lagi Nak. Sudahkah prosesmu karena-Nya? Apakah kau terlalu terpacu pada hasil dan justru membuat prosesmu terisi oleh hal-hal yang tidak disenangi-Nya? Pun jika kau sudah melibatkan Allah, apakah kau sudah bersungguh-sungguh dengan prosesmu?

-Di sela mengerjakan tugas Mekanika Analitik-

Dandelion sederhana yang sedang berproses. ^_^

Sepenggal Memori#1 -Ukh, aku makin cinta-

Yogyakarta, 4 Rajab 1435H/ 4 Mei 2014


Tentang hari ini yang begitu luar biasa, semua rasa bercampur menjadi satu. Bahagia, haru, bercampur lelah, semoga ada hikmah. :’)


  Pasca adzan dzuhur, kami segera bergegas mencari masjid/musholla terdekat yang berada di depan tempat agenda 1 namun tempat wudhunya terbuka dan hanya ada satu kamar mandi. Dengan beberapa pertimbangan Puthy menyarankan untuk shalat di masjid dekat tempat agenda berikutnya. Okee, segera move on ke sana. Saat membuka kunci sepeda, ku dapatkan pelukan hangat dari kakak Asih dan Muthiah. Aaaaa, meleleh. :’)


Pasca shalat dan bergegas tuk merapat, kami mendapat kabar bahwa agenda dibatalkan. Alhasil muncul ide makan bareng deh. Cukup antusias, maklum belum sarapan. :o Perundingan akan tempat makan dimulai. (mohon maaf asri lupa redaksi kalimatnya)

“Gimana kalau di ..., kan di sana banyak, dapat ..., ..., lho, ” lupa siapa yang usul.
“Kalau laper banget, jangan makan yang berlebihan juga porsinya,” kata Puthy.
“Gimana kalau di ...,” kata seorang akhwat.
“Jangan di ...,” kata AW.
Kata mba Kaprianti menyetujui usul AW: “Jangan makan di sana, menunya kurang sehat”

Akhwat memang rempong ya mau makan saja syuronya lama, hehe.

Muthiah mengingatkan : “iya kan, buat calon generasi penerus.”
Akhwat memang harus mempersiapkan generasi penerus dari sekarang, termasuk memilih apa yang kita makan. Ya, karena sari-sari makanan yang kita makan akan mengalir dalam darah kita. Menjadi bagian dalam tubuh kita yang akan kita wariskan pada keturunan kita. Jika yang kita makan halal dan baik, maka kebaikan pula yang akan kita wariskan pada anak kita. - ukhti-ukhti shalihah, mohon diperbaiki dan ditambah penjelasannya :’) 


Oke fiks makan di SS depan GOR UNY. Mau meluncur ke sana pun, masih berunding lagi bagaimana nasib si hijauku. Aku ngeyel untuk tetap gowes sampai ke tempat makan yang sudah dipilih, namun mereka tak membolehkan. (so sweet) Muthi usul agar digeret saja orang dan sepedanya. Ya, berbagai usulan datang. Saat belum juga menemukan solusi yang disepakati, AW sudah menaiki si hijau dan melaju dengan anggunnya. Alhasil, akumembonceng Ririn dan kami segera menyusul AW yang sudah memimpin di depan. Sampai di warung yang menjual bensin, Muthi menggantikan AW mengayuh si hijau. Tas Muthi dibawa Puthy, dan AW membonceng kakak Anisa.

“Puth, aku terharu,”
Puthy membalas, “Mungkin ini yang membuat kita tetap bergerak, ukhuwah ini, As”
Lalu Puthy memberikan botol minumnya untuk AW. (dan lagi, ukhuwah memang indah)


Di lampu merah berikutnya, Muthi bertukar posisi dengan kakak Asih. Transaksi tukar helm dan tas pun terjadi lagi. Sampai di depan UIN, Anggun yang mengendarai si hijau. Sesampainya di Demangan, aku meminta gantian mengayuh si hijau, tapi Ririn berkata “kamu kan udah sering,” sambil mengembangkan senyum manisnya. (kalian iniPerempuan-perempuan Keren-Shalihah) Alhamdulillah sampai deh di SS depan GOR dan ternyata PENUH saudara-saudara. Kedai Jamurlah tujuan selanjutnya.


Pasukan terpecah menjadi dua, Ririn menuju parkiran IEC untuk memarkir si hijau disusul Ije, Muthi-Asih, Anggun-Asri. Pasukan pertama, Fikha-Puthy, Anisa-AW otw ke Kedai Jamur. Sambil menunggu ije mengobati ban belakang motor yang kempes, Anggun-Asri menuju Kedai Jamur. Kami berpapasan dengan Fikha, kata Fikha Kedai Jamur tutup. Di jalan juga berpapasan dengan mbak-mbak 2010 yang menuju ke Kedai Jamur. Mencoba menyusul Fikha-Puthy namun kehilangan jejak. Dan layar HP menampilkan sms Puthy “SS Pandega Marta” dekat DS. Perjalanan berlanjut setelah menemukan Ije-Ririn dan Muthi-Asih.


SS Pandega Marta juga penuh. U_U Akhirnya move on ke Warung Inyong. “HABIS, MINGGU LIBUR”, ini tulisan di parkiran Warung Inyong. Oke fine “janganlah bertekuk lutut dalam pelukan putus asa” karena masih banyak warung makan yang buka. Oke, kita pindah ke WS, siapkan kantong ukh. :’) Di perjalanan, Fikha dan Puthy terjatuh. Rupanya fikha mulai lapar dan mulai kurang fokus, wajahnya pun pucat. Akhirnya Fikha membonceng Ririn dan Ije yang memboncengkan Puthy. Waktu menunjukkan pukul 14.26 sampai di WS. Kakak Anisa telat makan dan perutnya sakit. Semangat kakak, akhirnya gerilya mencari makan menemukan muaranya setelah hampir 2 jam berpetualang. Alhamdulillah, meskipun agak berat di kantong untuk ukuran mahasiswa tapi acara makan bersama kali ini benar-benar berkesan. :’) Ditunggu hasil survey dari Ririn dan Duo Atika :’)

Ya, perjalanan hari ini luar biasa. Aku makin cinta jalan ini. :’) Jazakumullahu khairan katsiran, semua :*ya Ije menyadarkanku, dan tak bisa dipungkiri, aku mencintai kalian karena Allah :*



Dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi. Sungguh si surga, menara- menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta. Mari membangunnya dari sini, dalam dekapan ukhuwah.


Lalu dengan rindu kita kembali ke dalam dekapan ukhuwah. Mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi dengan persaudaraan suci, sebening prasangka, selembut nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.


Karena saat ikatan melemah,
saat keakraban kita merapuh,
saat salam terasa menyakitkan,
saat kebersamaan serasa siksaan,
saat pemberian bagai bara api,
saat kebaikan justru melukai,
aku tahu, yang rombeng
bukanlah ukhuwah kita,
hanya iman-iman kita yang sedang sakit, atau mengerdil,
mungkin dua-duanya,
mungkin kau saja,
tentu terlebih sering, imankulah yang compang-camping
(Dalam Dekapan Ukhuwah-Salim A. Fillah)




-tentang mudik dan perjalanan sore ini-

 Alhamdulillah, sore ini berkesempatan untuk mudik. Ya, Jogja-Magelang dekat memang, tapi momen mudik menjadi momen yang dinanti-nanti. Setelah 3pekan tak mudik.Apa? Baru 3minggu aja udah ngebet banget pengin mudik, begitu kata beberapa teman yang melihat ekspresiku sangat merindukan seisi rumah. Ya, jarak kampus dan rumah yang hanya 2jam perjalanan dengan kendaraan umum seringkali membuat dilema antara mudik atau tetap di Jogja. Tentu jika tak ada agenda, aku pilih mudik saja. Pun kedua malaikat di rumah sudah berpesan: “kalau tidak ada agenda pulang saja”. Bahkan beberapa kali nekat mudik sore hari dan paginya kembali ke jogja lagi, mengingat weekend tak dapat pulang. Ketika malam hari, memohon izin untuk kembali lagi ke Jogja seperti setengah hati restu yang diberikan mereka. Alahmdulillah mencoba melobi dan inshaaAllah sepenuhnya direstui. :’)   “Mudikan” hmm, tak apa. Ada yang perlu di-charge semangatnya di sini sekaligus men-charge semangat diri tentunya. :’)
            Dan terjadi lagi, kesorean. -_- alhasil karena tak ingin kemalaman, aku merepotkan sahabatku sebut saja Sisil, untuk meminta mengantarkan ke terminal jombor mengingat butuh sekitar 30 sampai 45 menit untuk berjalan ke shelter, menunggu bus datang dan perjalanan ke terminal jombor. Teringat saat semester 2 tak hanya 45 menit namun sampai 1,5 jam untuk sampai ke terminal jombor karena saat itu bus yang beroperasi tak sebanyak biasanya. 
            Alhamdulillah sesampai di terminal Jombor langsung disambut bus yang akan berangkat. “Ayo naik mba. Terakhir mba,” kata pak kondektur. “Ayo ukh, bis terakhir ukh,” kata ukh sisil. Akhirnya aku berpamitan dan segera naik ke bus. Tempat duduk sudah penuh dan sudah banyak penumpang yang berdiri juga. Aku berdiri di depan sendiri dekat pintu. 
          Seorang pemuda membiarkan seorang kakek untuk duduk. Sang kakek justru mempersilahkan seorang wanita untuk duduk karena jarak menuju tempat tujuan beliau tidak jauh. Luar biasa. Masih ada pemuda-pemudi baik yang mau memberikan tempat duduknya untuk yang lebih tua. Pun masih ada orang tua baik yang bersedia memberikan tempat duduknya untuk orang lain. 
         Mengamati adik kecil sekitar 5 tahun usianya yang duduk di dekat pintu. Beberapa kali mengamati sepertinya ada yang membuatku tak ingin berhenti mengamatinya. Ibunya yang duduk di sebrang si adik mengingatkan agar si adik berpegangan pada tiang bus dengan langsung mencontohkan. Si adik kembali melepaskan pegangannya karena sedang asyik memandang ke luar. Dengan sabar sang ibu kembali mengingatkan si adik untuk berpegangan dan kali ini langsung menuntun tangan si adik kecil untuk memegang tiang bus. Rangkulan dan teladan nyata memang menggerakkan. Sang adik bertanya pada ibunya dengan beberapa gerakan tangan yang belum ku mengerti maksudnya. Ibunya pun menjawab dengan ramah menggunakan isyarat juga. Percakapan mereka pun terus bergulir. Ah tak ingin berhenti mengamati mereka. Si ibu begitu sabar menjawab pertanyaan dan menanggapi pernyataan si adik. Ternyata adik ini istimewa, pun begitu dengan ibunya yang luar biasa. Ingin berkenalan dengan si adik namun tak tahu harus berkata apa,speechless. Subhanallah. Ibu memang luar biasa, cintanya tak berbatas, apapun kondisi dan sikap anaknya, cintanya begitu luas.
         Alhamdulillah. Allah berikan lisan yang bisa berbicara. Aku tak dapat membayangkan betapa sulitnya berkomunikasi jika seperti si adik kecil tadi. Namun seringkali lisan ini justru menyakiti hati-hati mereka bahkan mengatakan hal-hal yang tak ada manfaatnya. Belajarlah nduk. Syukuri dengan berkata baik, syukuri dengan kata-kata nasihat, syukuri dengan menyampaikan kebaikan.
        Di sisi lain membayangkan sosok ibu, membayangkan bagaimana jika aku berada pada posisi si ibu. Selama ini masih sering ke-riweh-an dengan diri yang belum bisa tenang menghadapi kekurangidealan sesuatu yang sudah direncanakan. Astaghfirullah. Tentu hanya orang-orang yang lapang dan  selalu mengupgrade kesabaran yang Allah berikan kesempatana untuk mendapatkan anugrah istimewa itu. Ya, tentu butuh proses yang panjang sampai si adik tadi mandiri mengurus dirinya. Tentu si ibu akan berlama-lama mengenalkan si adik bahasa. Begitu pula mengenalkan agama dan warna-warni dunia. Ah, si ibu pasti banyak bekalnya ya. Lalu kau bagaimana? Sudah berbekal apa nduk?


Jogja-Magelang, 25 April 2014
Dandelion sederhana yang masih belajar membuka hati, mata dan pikiran

mamak, bunda, ummi apapun namanya -permohonan maaf-

bismillah, diluruskan lagi ya nduk niatnya di awal tengah dan akhir.


"jumat libur, pulang to?"


"inshaaAllah jumat sore :') adik lagi suka sayur ..., nanti masak bareng ya mamak."


yah, beberapa hari yang lalu aku sudah berjanji untuk pulang jumat ini,"gimana dik? jadi pulang nanti? jam berapa?""inshaaAllah setelah nyuci nanti pulang mamak, kemungkinan sore"di tengah perjalanan pulang ada panggilan dari Mr. dan undangan sabtu pagi itu tak dapat ku tinggalkan. "mohon maaf mamak, ini besok sabtu pagi dapat undangan ke acara..... belum tahu jadi pulang atau gak. ""ya, terserah adik aja. jaga kesehatan. semoga diberi kemudahan, kelancaran dan keridhoan Allah."dan ternyata sabtu ku dapatkan banyak pelajaran. minggu pun menuai banyak ibroh, inshaaAllah."gak pulang gak papa dik. kamu yang lebih tahu kepentingan dan kebutuhanmu. jaga diri, jaga kesehatan" (sebuah jawaban akan permohonan izin untuk menunda mudik)ah, aku tahu kita sama-sama merindu. hanya saja belum mampu kau sampaikan padaku. 


"assalamu'alaykum wr wb. slmt pagi adik. lg apa?""sudah di kampus? kok lupa pamit.""kok belum dibalas, sibuk ya apa pulsanya habis?""sudah sholat?""sudah makan siang?"

"gimana ujiannya tadi?"

"gak papa yang penting sudah berusaha, besok lebih giat belajar lagi."

"sudah pulang belum"

"ke sana naik apa? sama siapa aja?"

"hati-hati, jangan ngebut"

"di sini hujan. di jogja gimana?"

"lagi mati listrik""kapan pulang? besok tak buatkan masakan kesukaanmu" 



"apapun kegiatan adik, prioritas kuliah tetap nomor 1. sholat jangan lupa, jaga kesehatan. semoga cepat selesai, lancar, dan Allah meridhoinya"


mamak, bunda, ummi apapun namanya.ya, sms-sms ini sederhana, singkat dan terkadang beberapa pesan tak butuh jawaban memang, tapi ini bagian dari caramu untuk terus mengeratkan hati. ya, ini bagian dari caramu untuk terus dekat dan membuatku merasa tetap ada di rumah dan dirindukan walau jarak magelang-jogja memisahkan kita.maaf, dulu aku terlalu dangkal mengartikan pesan-pesanmu yang selalu datang setiap hari bahkan hampir setiap jam. padahal ini adalah bagian dari caramu memperhatikanku.

ah, mamak itu orang terkeren, terhebat, tersosweet. tidak ada satupun orang yang meng-sms-i ku sesering ini. bahkan kau selalu menanyakan"sudah pulang atau masih di kampus? ada agenda apa?"
"hari libur, agendanya apa dik?"
"itu acara apa?""sama siapa aja?"
yah, setiap detail yang aku kerjakan harus ku ceritakan padamu. ya, kini aku sadar, sangat paham bahwa ini adalah caramu menjagaku. "ah maaf, jika masih sering aku menunda membalas smsmu hingga suatu hari aku benar-benar tak membalas smsmu sekalipun dan responmu"dik, kok gak dibalas-balas? mamak tidak mengharap apa-apa, hanya ingin adik membalas sms saja. biar mamak tahu kondisi adik. jangan buat mamak cemas.kalau gak punya pulsa kan bapak sudah bilang minta ke mas bayu aja."ah, buliran bening pun mulai mengalir. maafkan aku mamak, terkadang aku menunda membalas smsmu. pun menunda mengisi pulsa. ah, padahal jika aku segera membalas dan menceritakan agendaku, kau akan membalas dengan doa dan perhatian tulus."semoga Allah meridhoi kegiatan adik hari ini. jaga kesehatan."

pernah pula beberapa kali, kau menanyakanku pada sahabat-sahabatku,"assalamu'alaikum mbak. saya ibunya asri, asri ke kampus gak ya mbak? kok saya sms belum membalas.""mbak, hari ini asri ke kampus. sudah ketemu asri?" 
"asri sudah perjalanan pulang belum ya mbak?" ije, merya..maafkan aku sobat, membuat kalian menerima sms-sms mamakku, maaf karena terkadang aku lupa mengecek pulsa, dan tiba-tiba saat aku akan membalas, ternyata pulsa sudah habis. terima kasih sudah berkenan membalas, sehingga menghapus kecemasannya. ah, ini karena mamakku terlalu istimewa :')maaf mamak untuk pesan-pesan singkat yang masih sering ku tunda membalasnya. aku sedang belajar sekarang untuk segera membalasnya dengan segera agar tak ada hati yang cemas menantikan kabar akan putri satu-satunya ini.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”. (Q.S Al Israa’, 17:23)

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’, 17:24)

dan bapak, kau mencintaiku dengan caramu. mungkin kau lah yang menyuruh mamak untuk segera menanyakan kondisiku.https://www.facebook.com/notes/asri-satiti/tentang-senja-dan-laki-laki-pertama-yang-ku-cinta/10152599245764782