Saturday, January 24, 2015

Sepenggal Memori #5 Bersama TAKSI, kerinduan sang penyusup

Hai mba Dew... emak kedua setelah mba Atul (kabid Kemuslimahan HASKA JMF 2013). Hai mba Ariva, yang kosnya kita gunakan beberapa malam untuk latihan agar bisa maksimal tampil di Ta'aruf Tuk Muslimah saat OSPEK FMIPA 2013. syubidupap, lalala.... Hai mba Anggita, yang sering improvisasi. apa kabar mbak-mbakku? gimana skripsweetnya?

Menyapa Eni si pinky, partner suara 2 dalam lagu "Alhamdulillah", nananina... Semangat PKL ya! Kak Nib-chan alias Nibras, apapun yang terjadi Allah pasti berikan yang terbaik, keep kuat, keep tabah, keep sabar seperti Nibras biasanya. Betapa Allah ingin kita bersih dengan ujian yang diberikan, entah amanah, sakit, dan lain sebagainya. Ihwa, sang penghafal Qur'an, tetaplah menginspirasi.

Tak lupa si tangguh Mpik alias Fikha yang sudah mengizinkanku kembali menyusup di TAKSI HASKA JMF tahun 2014. Adik-adik TAKSI 2014, Indah, NJ, Ajeng, Uswah, Anggun dan tak lupa Ukh Vina. Terima kasih sudah mengizinkan Asri bersama-sama belajar di TAKSI 2014. Banyak hal yang sudah asri dapatkan dari kalian. Maaf juga atas segala salah dan khilaf selama menyusup di TAKSI.


Semangat melanjutkan amanah. Semangat bertumbuh. Kemanapun angin cintaNya membawamu pergi, tetaplah menebar kebaikan

 :*

Ah iya, yang tak boleh terlupa, pelatih vokal kita yang luar biasa, panggil saja Mba Naris. Mbak Naris yang melatih kami dengan sabar. Aku masih ingat mbak saat galdhi resik untuk tampil di SATELIT XV, kau tetap ada dan membimbing kami meski jarak jadi pemisah dan kau harus menelpon kami selama beberapa jam. Mbak Naris yang selalu mendampingi saat kami tampil meskipun harus berlari-lari dari satu tempat ke tempat lain. Mbak Naris yang memberikan support dan arahan di belakang audiens. Atas ilmu, perhatian, cinta dan segalanya, hanya Allah yang sanggup membalas kebaikanmu mbak. Kami sayang mba Naris karena Allah.

Dari TAKSI dan Mbak Naris. Aku belajar bahwa kita tidak hanya sekedar tampil. Entah bernyanyi,  drama atau apapun itu, tak hanya sekedar kewajiban, tapi ini ikhtiar kita untuk menegakkan agama Allah. Semoga dengan apa yang kita tampilkan bisa menginspirasi dan mengajak orang lain ke dalam kebaikan. Dengan apa yang kita tampilkan, mereka akan tahu bahwa Islam itu indah, bahwa Islam itu ramah. Semoga dengan melihat apa yang ditampilkan bisa menjadi perantara hidayah tentu dengan izin, kuasa dan pertolongan Allah. Maka sebelum latihan selalu diawali dengan bismillah dan tilawah. Aku pun selalu diingatkan bahwa ikhtiar maksimal itu wajib namun harus diawali dengan niat yang lurus karena Allah. Pun selalu ada syiar tilawah, Dhuha dan lain-lain. Sebelum latihan, gladhi bersih maupun tampil, Fikha selalu mengecek apakah syiar sudah dilakukan. Jika belum maka kita belum boleh bergabung untuk latihan. Ya, kita harus mencuri perhatian Allah dengan berikhtiar untuk selalu dekat denganNya lewat amalan-amalan kita agar Allah memberikan pertolonganNya. Hanya karena pertolongan Allah yang membuat kita bisa.


Aku belajar pula tentang ikhtiar maksimal seorang ummi, begitu awak TAKSI 2014 memanggilnya. Si Mpik yang berjuang dengan maksimal untuk merangkul anak-anaknya tetap bertahan di TAKSI hingga akhir, dari menanyakan kabar via telepon, bicara dari hati ke hati sampai mengunjungi kos awak TAKSI. Aku belajar darimu tentang pantang menyerah, Fikh. Dan aku belajar bahwa ukhuwah memang perlu diperjuangkan hingga akhir. Ingat kau masih punya hutang. :)

Aku juga belajar tentang ketulusan. Apa-apa yang dari hati akan sampai ke hati. Walau kini tak sesering dulu bersua, namun kerinduan masih ada.


 Semoga selalu dikuatkan.
#Rabithah :)

No comments:

Post a Comment