Wednesday, September 6, 2017

Sepenggal Memori #12

http://solo.tribunnews.com/2017/01/30/terungkap-ini-makna-di-balik-simbol-hati-yang-populer-sebagai-ungkapan-cinta

Semoga bisa mewakili suara hati para kakak

Bahagia itu sederhana 

Sesederhana cara kita menjadikan waktu bermakna
Sesederhana cara kita mencari inspirasi dalam tiap cerita
Sesederhana cara kita mengambil hikmah akan ujian yang ada
Sesederhana canda kita dalam jeda
Sesederhana lisan yang saling beri nasihat
Sesederhana doa-doa penuh harap dalam sunyinya gelap

Dan izinkanlah aku terus mencintaimu dengan sederhana
Sesederhana yang ku bisa mendengar tiap kisah indah maupun untaian resah
Sesederhana yang ku bisa
Membersamaimu bertumbuh dan menumbuhkan
Sesederhana yang ku bisa
Menemani proses dan progresmu di tiap dentingan masa

Bahagia itu sederhana bukan?
Mendengar kisahmu saja aku bahagia,
Mendengar kabarmu saja aku ceria,
Terlebih jika kini kau mulai tumbuh dengan baik dan tetap bertahan menumbuhkan tunas-tunas muda,
Maka nikmat Allah mana lagi yang kau dustakan, As?

Tentangku, tentangmu, dan tentang kita.
Bahwa cinta karenaNya, selalu menjadikan hidup indah dan bermakna

Magelang, 18 September 2016
Yang sangat bahagia dipertemukan kalian, bidadari-bidadari kecilku, dedek-dedek shalihahku (no mention)
ttd
Mbak Asri

Sepenggal Memori #11



Ramadhan kali ini berbeda, sudah separuhnya ku lalui dengan terbaring di kamar. Untuk pertama kalinya dan semoga cukup kali ini saja. 

Malam ke-7 Ramadhan

"Kak, aku pamit ya," sapaku.
Kakak tak menjawab, ternyata ia terlelap mungkin kelelahan setelah memasak pesanan untuk buka sore ini.

Bismillah. Kulajukan motorku menuju Rumah Cinta Ulya
(kosku) untuk mengambil beberapa perlengkapan mabit. Tak lama kemudian ku lajukan motorku menuju jalan Magelang menerobos malam. Rasanya hati ini tak tenang. Ku lantunkan beberapa surat sambil fokus melajukan motorku.

Cukup lama melaju, hingga tiba saat aku mulai tak lagi fokus. Dan terjadilah.

Aku jatuh, tertimpa motor dan terseret beberapa meter. "Allah, aku pasrahkan hidupku padaMu. Allah, Allah, Allah," ucapku dalam hati.

Mendadak aku jadi seperti orang linglung. Aku dibantu warga sekitar untuk duduk dan menenangkan diri di depan sebuah warung. Entah apa yang mereka bicarakan dan mereka tanyakan, aku tak bisa menangkapnya dengan baik. Beberapa menit kemudian barulah aku sepenuhnya sadar. Ku lihat kedua kaos kakiku sudah sobek. Sandal dan lantai pun bersimbah darah. Aku hanya menangis dan bersyukur. "Allah, masih kau izinkan aku hidup. Segala puji hanya bagiMu," Allah tahu aku banyak dosa dan inilah caraNya menggugurkan dosa-dosaku. Allah tahu aku jarang menyapa saudara-saudaraku di rumah cinta ulya, inilah cara Allah agar aku bisa kembali menyapa, berbagi dan mendengar kisah mereka. Aku tak lagi khidmat menyelami samudra ilmu dari buku-buku yang ku punya, inilah cara Allah agar aku kembali akrab bersamanya. Allah tahu, aku tak sesering dulu meluangkan waktu berbalas SMS dengan orang tuaku, inilah cara Allah agar aku selalu tanggap membalas pesan ibu dan menyapanya sesering dulu. Masih banyak hal yang bisa kau syukuri, jangan kau beri celah untuk mengutuk kejadian ini.

Allah, terima kasih... Ramadhan kali ini aku merasa makin dekat denganMu... Allah, maafkan aku, masih compang-camping imanku, namun dengan waktu yang Kau beri, aku masih saja terseok dan perlahan menambalnya.

Magelang, 20 Ramadhan 1437

#ApaKabarRamadhanKita
#Challenge8
#MenulisBahagia

@dandelionasri

Sepenggal Memori #10


Cahaya itu kamu 

Sudah ke sekian hari berada di sini
Hampir 24 jam di tempat ini
Beragam rasa berdesakan seolah jengah ingin keluar
Hingga kemarin begitu terasa
Bosan, jenuh, lelah... ah, aku saja yang tak pandai mencari makna dan mengambil hikmah

Datanglah peri-peri kecilku bersama dengan tumpukan inspirasi yang siap mereka bagi
Sungguh tiada sedetik pun yang terjadi tanpa kehendakNya
Pun dengan hari ini
Allah kirimkan mereka tuk 
Mencahayaiku yang sedang redup

Peri-peri kecilku
Tetaplah berbagi cahaya
Karena selalu ada celah bagi tiap jiwa tuk bercahaya
Teruslah jadi pemantik cahaya
Meski kini jangkauanmu belum seberapa
Dengan bersama, kita kan bisa terus bercahaya dan mencahayai semesta
KarenaNya, ya, karenaNya, untukNya, dan bersamaNya, kita bisa menjadi cahaya

Semangat berproses dan berprogres peri-peri kecilku 

Mencintai kalian karena Allah
Allahumma innaka ta'lamu anna hadzihil quluub qodijtama'at 'ala mahabbatik......
 Sabtu, 18 Juni 2016

#Cahaya
#Challenge4
#MenulisBahagia
@dandelionasri

Sepenggal Memori #9


Sepotong Senja
10 Ramadhan 1437 H

Tersenyumlah, bangkitkan lagi semangatmu tak kan kalah oleh lelah!
Berbanggalah dengan dakwahmu, karena jalan cinta akan meminta semua yang kau punya.

Yakinlah bahwa Allah selalu ada menemani setiap langkahmu.

Amanah tak kan salah memilih pundakmu. Jangan pernah ragu akan kemampuanmu. Jika kau merasa dirimu sendiri, terluka dan kecewa, tak perlu kau sesali. Perjuangan ini biar lelah menemani. Karena di sini kita mengabdi. Karena di sini kita berbagi. Karena di sini... Ada UKKI

 Meski raga tak dapat bersua, semoga doa dan semangat luruhkan jarak antara kita.

Untuk rekan-rekan pejuang dakwah, 
Tetaplah bertahan, berproses dan berprogres bersama.
Menjemput khusnul khotimah di setiap masa.

Berlelah-lelahlah hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Biar keringat, darah dan air mata yang kan jadi saksi. Semoga Allah rahmati, hingga jumpa di Surga nanti.

Melantun doa dalam jeda, saat merindukan jumpa.

Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami pada agamaMu dan ketaatan padaMu.
(aamiin)

@dandelionasri

#MenulisBahagia

BATAS "TIDAK MAMPU" KITA TERLALU RENDAH



(dari Broadcast)
Kita sering sekali mendengar orang mengatakan MASTATHO'TUM (Semampumu) 
Maka banyak di antara kita yang mengatan 'INI YANG BISA SAYA LAKUKAN' entah itu di dalam hati atau terlahir dari lisan kita

Dalam Al Qur'an, kata Masthatho'tum
terdapat dalam surat At-Taghabun ayat 16 di korelasikan dengan kata taqwa.

Maksudnya ialah "Maka Bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu (semampunya)" Mastatho'tum berarti sesuai kesanggupan atau semampunya, atau bisa di artikan  bahwa kita diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk
berTaqwa berdasarkan kesanggupan kita atau
semampunya.

Namun sering sekali kita membuat standar 'target' kita begitu lemah ❎ Saya biasanya cuma bisa baca Quran 2hlm sehari
❎ Saya mampunya cuma ngajar aja
❎ Saya mampunya cuma..... Kita membuat standar yang menjadi batas diri yang ternyata sudah banyak orang yang melampauinya “Jika kau telah berada di jalan Allah, melesatlah dengan kencang. Jika sulit, maka tetaplah berlari meski kecil langkahmu. Bila engkau lelah, berjalanlah menghela lapang. Dan bila semua itu tak mampu kau lakukan, tetaplah maju meski terus merangkak, dan jangan pernah sekalipun berbalik ke belakang.” (Asy Syafi’i)

Abdullah Al Azzam, seorang syekh teladan. Dihormati lg disegani, oleh para muridnya.

Pd suatu saat beliau ditanya oleh muridnya,
“Ya syekh, apa yg dimaksud dengan mastatho’tum”?
Sang Syekh-pun membawa muridnya ke sebuah lapangan. Meminta semuanya muridnya berlari sekuat tenaga, mengelilingi lapangan.
Setelah semua muridnya menyerah, dan menepi ke pinggir lapangan.

Sang Syekh-pun tak mau kalah. Beliau berlari mengelilingi lapangan hingga membuat semua muridnya keheranan...hg akhirnya beliau jatuh pingsan, tak sadarkan diri.

Setelah beliau siuman dan terbangun, muridnya bertanya,
“Syekh, apa yang hendak engkau ajarkan kepada kami?”.
“Muridku, Inilah yang dinamakan titik mastatho’tum! Titik di mana saat kita berusaha semaksimal tenaga sampai Allah sendiri yang menghentikan perjuangan kita (bukan, bukan kita yang berhenti)”, Jawab Sang Syekh dengan mantab !

Mari berlindung kepada ALLAH dari malas dan lemah azzam, 
Mari menjemput limpahan karunia rahmatNYA dg MASTATHO'TUM

Sahabat Sampai Surga (aamiin)



♥♥ SSS ♥♥ 


Waktu berputar mengulas pertemuan pertama kita
Ku ingat betul, baju bunga-bunga dengan jilbab merah menjuntai dengan anggunnya.
Siapakah wanita ini?
Ah, nampaknya ia tipe orang yang cuek.

Detik berganti detik, ku dengar ia berkisah dengan kawan yang sudah ku kenal.
Kami duduk bertiga, namun mereka begitu asyik bercerita sehingga aku merasa hanya angin lalu saja.
Ingin ku turut larut dalam kisahnya, menanggapi dengan kata oh, ya, wow, dan lainnya. Namun egoku terlalu tinggi, untuk apa? Toh aku tak mengenalnya, diapun terlalu asyik bercerita.
3hari bersama dan akhirnya aku tahu siapa namanya.

Aisyah Zakiyah Fadhilah

Kini aku tak hanya tahu namanya, bahkan aku sudah hapal dengan suara khasnya, goresan tulisannya, ciri khas desainnya, sikap lucunya, ritme geraknya, dan masih banyak hal tentangnya

Terima kasih telah bersedia membersamai dalam berbagai kondisi. Untuk bersedia mendengar berbagai keluh. Untuk bersedia membagi kisah. Untuk bersedia tertawa dan menangis bersama. Tapi jangan nakal bersama lagi ya :3 
Terima kasih telah menjadi kakak, adik, sahabat, dan segalanya.

Maafkan belum bisa menjadi sahabat yang terus mengingatkanmu akan Syurga. Semoga terus bisa berproses dan berprogres bersama.

Sayang Aisyah karena Allah. ♥♥
Sering-sering marahin aku ukh :*

Sepenggal Memori #8 (Senjaku Bersamamu, Murabbiyahku)


Terlalu banyak deretan kata yang tersampaikan
Keluh kesah gelisah
Semua terlontar begitu saja
Bahkan tiada sela untuk kau bicara
Maafkan tuk diri yang hanya bisa berbagi problema

Terlalu bercahaya pesonamu
Terlampau bijak petuahmu
Hingga aku begitu hanyut bersamamu
Gemintanglah yang ingatkanku
Pertemuan kita terlampau singkat
Meski telah ku habiskan berjam-jam bersamamu

Terima kasih untuk selalu ada meski ku terus berbagi duka

Terima kasih untuk segalanya

Mba... aku menyayangimu
ah kenapa aku selalu kelu mengatakan ini padamu saat kita bertemu

Semoga kau membaca

♥ QC ♥ Aku rindu
Yogyakarta, 4 Juni 2016