Tuesday, June 14, 2016

Mamak, Bunda, Ummi, apapun namanya- (masih) PERMOHONAN MAAF



Entah sudah berapa kali ku ulangi hal yang sama. Tak bersegera membalas pesanmu. Tak bersegera mengisi pulsa. Hingga suatu ketika kau sampai menegurku "SMS mamak kg ga pernah di balas. Sama saja adik tidak memperhatikan mamak. Jangan membuat mamak cemas. Jangan membuat mamak kecewa. Adik selalu bilang nggih. Buktikan nggihnya itu"
Ah... buliran bening itu menetes lagi. Entah sudah berapa buliran yang sudah meluap dari mata mamak. Astaghfirullah.

Asri, bukankah kau sudah tahu seperti apa ibumu. Ia hanya ingin kau membalas pesan-pesan singkatnya. Sungguh hanya pertanyaan ringan saja yang ia ajukan, tentang kabarmu, aktivitasmu, teman-teman seagendamu, hanya itu. Itu saja sudah cukup untuk membuatnya bahagia. Itu sudah membuatnya tenang dan membuatnya merasa diperhatikan. Bahkan untuk mengabarkan dirimu saja, kau masih lalai. Lalu seberapa sering kau menanyakan kabarnya?

Mamak, maafkan aku yang terlalu asyik dengan duniaku.

Maafkan juga ketika tak segera ku balas smsmu, terkadang karena aplikasi SMS di hapeku yang sulit dibuka, barangkali juga karena aku yang terlalu banyak menyimpan pesanmu. 1000 pesan darimu yang tak ingin ku hapus. Pesan sederhana, bahkan hampir tiap harinya berisi pertanyaan yang sama.
"Assalamu'alaikum. Dik, sedang apa?"
"Adik sehat to?"
"Sudah bangun?"
"Hari ini mau ke mana?"
"Kapan pulang?"
Pesan yang sama namun selalu memberi makna. Hingga tak kuasa aku menghapusnya.


Mamak.
Aku ingin pulang. Sungguh.
Ada duka yang ingin ku ceritakan. Namun, aku tak sanggup untuk membaginya meski dengan telepon bahkan pesan singkat saja. Terlalu hina rasanya, yang sering ku bagi padamu hanya duka.
Tapi aku membutuhkanmu.
Kata-kata lembutmu.
Pelukanmu.
Hadirmu saja tanpa kata sudah membuatku bahagia. Semoga aku bisa melaluinya. Ya, aku bisa karenaNya.

Aku harus segera bangkit mamak. Agar segera bisa pulang dan berjumpa denganmu. Namun aku khawatir, duka yang ku simpan ini kan membuat luka lebih dalam di hatimu saat aku menceritakannya.

Mamak...
Tunggu aku... Aku akan segera pulang hingga aku selesai menghadapi ujian ini...

Allah sedang menginginkan aku berdiam dan berintrospeksi di sini.
Jogja... ah memang tak jauh dari Magelang. Tapi tetaplah menyisakan jarak antara kita. Mamak, Allah tak menyisakan jarak antar kita lewat doa. Semoga mamak selalu membaik dalam kebaikan. Semoga mamak diberi kekuatan menjalani bulan Ramadhan dan bisa menjadi pemenang. Aamiin

Salam Cinta.
Salam Rindu.
@dandelionasri

14 Juni 2016/ 9 Ramadhan 1437

#MenulisBahagia